Minggu, 15 Januari 2012

Berbagi Yang Gue Tau

Flashback dikit, tadinya gue pengen share segala sesuatu yang menarik dalem idup gue, petualangan petualangan yang gue alamin, tapi sayang nya belakangan idup gue lempeng-lempeng aja, monoton. Ga dinamis, ga ada tantangan, ga ada naek turunnya, jadinya blog ini ga pernah gue isi. Temen gue ngasih saran, "lu tadi kan benerin motor, lu tulis aja tentang itu di blog lu" (saran apa ini??! -_-' ) , menurut gue itu bukan hal menarik buat gue share. Tadi, gw buka blog temen gue, dan dia nulis sindiran yang ngena banget (grrrr....!!!). Berkat sindiran temen gue, akhirnya gue isi blog gue yang gue aja udah lupa kapan gue bikin account nya. dan sekarang gue putusin gue bakal share apa aja yang gue tau, apa aja yang ada di otak gue.

OK, flashback selesai, dan sekarang masuk ke topik utama, di postingan perdana gue ini gue pengen share tentang "Defense Mechanism". Kata ini sering di sebut-sebut kalo lagi ngumpul bareng temen-temen gue, kalo ada yang grogi, salting, diledekin dan sebagainya waktu lagi ngumpul, kata ini sering terlontar. Tapi, sebenernya kenapa gue bahas tentang ini??, dan apaan sih Defense Mechanism itu??
 Pertama, kenapa gue bahas tentang ini??
Defense Mechanism ini sering sering banget terjadi di sekitar kita, bahkan sadar ato ga, kita sendiri melakukannya untuk menghindari kecemasan.
 
Kedua, apaan sih Defense Mechanism itu??
ini bukan defense mechanism

ini juga bukan


Seorang kakek-kakek bernama Siegmund Freud (yang udah meninggal 72 taon yang lalu) yang pertama kali menggunakan istilah "Defense Mechanism" untuk perilaku di bawah sadar yang melindungi si individu dari kecemasan.
ini foto kakek freud

Sebetulnya proses ini tidak akan mengubah hal yang membuat individu tersebut terhindar dari hal yang menyebabkan kecemasan tersebut, tapi hal ini akan mengubah persepsi dan pola pikir dalam menghadapi masah itu, jadi sebenernya, "Defense Mechanism" itu adalah penipuan diri. Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri (Defense Mechanism) yang dikemukakan oleh Kakek freud dan beberapa ahli psikoanalisis lainya.
dari mbah google (ini gambaran orang stress lebay version)

(maap kalo bahasanya formal banget, gue bingung gimana jelasin ini pake bahasa yang santai, harap maklum).

1. Repression (Represi)
Represi bisa didefiniskan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
a) Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,
b) Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada,
c) Lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk,
d) Lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif,
e) Lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.

2.Supression (Supresi)
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).

3. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.

4. Fixation (Fiksasi)
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

5. Regression (Regresi)
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.

6. Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

7.Avoidance (Mengelak)
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

8. Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.

9. Fantasy (Fantasi)
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu.

10. Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.

11. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.

12. Projection (Proyeksi)
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.

Coba deh inget-inget, kita, temen, orang tua, siapapun yang ada di sekitar kita pasti pernah melakukan salah satu dari yang gue jelasin barusan.

Cukup segitu dulutulisan gue hari ini, sebenernya sih masih banyak lagi mekanisme pertahanan diri (Defense Mechanism) yang dikemukakan ahli psikoanalisis, tapi berhubung ini udah tengah malem, dan warnet tempat gue bikin ini udah mau tutup ( maklum, ga punya internet sendiri T_T ), jadi gue singkat aja jadi 12 yang sering terjadi di sekitar kita dalam kehidupan sosial. moga-moga, ini bisa namabh pengetahuan para pembaca sekalian (cieelah...). ciauuuw!!!

thanks to Special Kids Team

FYI: Defense Mechanism versi kakek freud mengemukakan teori "Penis Envy" yang sekarang di revisi karna di anggap ga fair buat kaum hawa.